Seorang pemikir Mazhab Frankfurt Erich Fromm dalam bukunya yang berjudul “The Art Of Loving” menegaskan pentingnya relevansi Cinta untuk menjadi solusi bagi masyarakat kapitalis modern yang telah terdisintegrasi oleh ketimpangan sosial. Bagi Fromm, disintegrasi itu adalah cerminan dari eksistensi manusia yang tidak dapat mengatasi keterpisahan (separateness), ketika cinta itu sendiri tidak mungkin dibahas tanpa menganalisa eksistensi manusia itu sendiri. Menurut Fromm, ”teori apapun tentang cinta harus mulai dengan teori tentang manusia dan tentang eksistensi manusia”.
Peradaban yang baik ditentukan oleh hubungan manusia yang dihiasi dengan penuh perhatian (mutual understanding), penghormatan dan moralitas baik. Fromm, misalnya, memberikan contoh mengenai hubungan dua orang yang sedang jatuh cinta, tentunya mereka berdua saling memperhatikan. Dan cinta mereka bisa menyatukan individu dalam sebuah integrasi sosial. Cinta tidak membedakan ras, suku bangsa, agama, dan kelas sosial karena cinta membuat segala masalah bisa di hadapi secara bersama - sama dengan menyenangkan.
Cinta adalah jawaban bagi problematika eksistensi manusia yang berasal secara alamiah dari kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan dan “ meninggalkan penjara kesepian ”. Tetapi penyatuan dalam cinta melebihi suatu simbiosis karena “cinta yang dewasa adalah penyatuan di dalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang dan komunitas sosial”. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya”.
Sayangnya Cinta di era kapitalisme sekarang hanya menjadi barang dagangan (komoditas). Begitu banyaknya kisah cinta kacangan yang diumbar dalam lagu-lagu, sinetron, cerita novel , cerpen dan lain-lainnya. Karenanya komersialisasi Cinta semacam itu justru menunjukkan bahwa kata pengertian cinta dan prakteknya dalam hubungan sosial sedang mengalami degradasi dan manipulasi komersial.
Dan dalam tulisan ini juga menjelaskan bahwa cinta adalah masalah eksistensi manusia yang dibentuk oleh kondisi sosial. Cinta hanya akan dapat dijelaskan dengan menganalisa manusia dan menelisik bagaimana hubungan sosial dibangun. Dengan memanfaatkan pemikiran Karl Marx dalam ” Manuskrip Ekonomi dan Filsafat ”, Nurani soyomukti begitu tegas menyatakan bahwa "kepalsuan Cinta berawal dari alienasi (keterasingan) manusia dan ketidak mengertian tentang substansi manusia terhadap cinta itu dalam berhubungan interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan dan Tuhan". Tentu saja, di lihat dari sudut pandang materialisme dialektis, keterasingan itu dapat dijelaskan secara objektif dari hubungan produksi kapitalis yang menindas dan menyengsarakan. Cinta pada akhirnya menjadi seruan moral dari para orang-orang munafik agar yang kaya membantu yang miskin tanpa mempertimbangkan bagaimana kekayaan yang didapat sesungguhnya diperoleh dari hubungan eksploitatif yang dilakukan orang-orang kaya terhadap orang miskin.
Itulah yang menjadikan tulisan ini tak lebih dari konsep pemikiran filosofis dari Karl Marx yang dibahasakan dengan cara berpikir dan bertutur seorang Nurani soyomukti. Terus terang belum banyak orang yang memahami arti filsafat Karl Marx, karena Marx selama ini identik dengan filsuf anti agama dan lebih banyak dianggap sebagai "penjahat" hanya karena praktek diktatorisme komunis di beberapa negara—yang tentu saja lepas dari kesalahan Marx dan banyak faktor yang perlu dijelaskan, terutama karena serangan kapitalis dan deligitimasinya (’ black-propaganda ’) terhadap sosialisme-komunisme yang cukup berhasil.
Hanya sedikit yang tahu bagaimana Marx sesungguhnya seorang yang humanis dan romantis, serta konsisten dalam perjuangan kemanusiaan. Sebagaimana kita tahu dari buku ini yang banyak mengutip Marx, dalam filsafatnya ternyata banyak uraian Marx yang berbicara masalah Cinta dan kepercayaan yang bisa dibangun oleh manusia. Cita-cita Marx adalah: ”… Kemudian cinta hanya dapat ditukar dengan cinta, kepercayaan dengan kepercayaan..” (Dast capital - hlm. 22).
Tentu cita-cita akan datangnya cinta sejati dalam hubungan sosial dianggap oleh penulis akan terjadi jika kapitalisme dapa dihancurkan dan tatanan demokratis telah muncul. Buktinya, kapitalismelah yang begitu agresif menggelorakan cinta hanya sebagai ilusi, hanya “ sebagai kata-kata indah, bukan tindakan konkrit ”.
Lihat saja, beberapa waktu lalu demam film “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) dan lagu - lagu kebanyakan dari grup band saat, menunjukkan bahwa kata “Cinta” benar-benar masih menjadi magnet bagi banyak orang, terutama remaja dan kaum muda. Tetapi sudahkah mereka memahami filsafat Cinta itu sendiri ataukah mereka hanya menjalani hubungan cinta yang dangkal dan tidak menunjukkan hakekat dari sifat kemanusiaan itu sendiri.
Cinta bukanlah kata-kata, tetapi adalah tindakan konkrit yang memerlukan pengorbanan dan tanggung jawab dan realisasikan di kehidupan nyata dalam bentuk tindakan . Demikianlah, tulisan ini adalah risalah cinta yang sangat penting dari renungan seorang filsuf muda yang telah menghasilkan berbagai karya (buku dan catatan-catatan budaya), Nurani Soyomukti.
Dengan menawarkan konsep Cinta yang akan membawa Anda pada pemahaman tentang cinta yang mendalam dan bermakna dalam hubungan antar manusia, buku ini menawarkan universalisasi hubungan Cinta. Lebih dari sekedar buku yang memberikan kiat-kiat membangun hubungan cinta eksklusif (pacaran dan pernikahan), buku ini mengkonstruksi sebuah pemahaman yang sangat utuh dan reflektif.
Membaca uraian kata-kata yang mencerahkan tetapi dikemas dengan bahasa yang tidak terlalu berat ini, memang akan membuat kita menemukan hal-hal baru yang disampaikan secara sentimental oleh Nurani. Maka inilah buku filsafat Cinta yang akan membawa kita pada pemahaman komprehensif tentang Cinta dan kisah kasih yang Anda jalin dalam kehidupan ini. Reflektif, humanis, enlighten, dan kaya akan landasan teoritik... Inilah ‘Ayat-Ayat Cinta Universal’.......[ Analisa Farid Mubarrok terhadap pemikiran Mas Nurani soyomukti dalam buku " Filsafat cinta " ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar