Blitar – Menjelang awal bulan Maulud atau Rabiul Awal, ibukota eks Kawedanan Lodoyo yang terletak di kelurahan Kalipang Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar - Jatim, mulai ramai dibanjiri para masyarakat.Ribuan masyarakat baik dari dalam maupun luar kota datang untuk mengikuti prosesi siraman Gong Kyai Pradah. Kebanyakan mereka datang lebih awal dari hari pelaksanaan siraman, sehingga suasana kota yang biasanya sepi berubah menjadi ramai. Bahkan ratusan pedagang kaki lima dari wilayah Blitar mapun daerah sekitar juga turut berjubel untuk mengais rezeki dari keramaian tersebut.Puncak Ritual Siraman Gong Kyai Pradah biasanya dilaksanankan mendekati tanggal 12 Rabiul Awal (penanggalan Hijriah).Masyarakat rela saling desakan hanya untuk memperebutkan air, bunga setaman atau apa saja benda bekas untuk mencuci pusaka tersebut. Mereka mempercayai jika barang-barang maupun air tersebut mempunyai tuah, bisa digunakan untuk mengobati penyakit serta membuat awet muda.Salah satu warga yang mempercayai hal tersebut adalah Poniyem, warga Desa Bacem Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Wanita berusia 67 tahun ini mengaku, setiap kali ritual ini dilaksanakan, dirinya selalu hadir dan ikut berebut air maupun benda-benda lain bekas untuk mencuci Pusaka Kyai pradah. Menurutnya, selain membuat awet muda, benda-benda lainnya bekas mencuci pusakan seperti bunga setaman, jika disimpan di rumah akan memberi berkah yakni memperlancar rezeki serta membuat rasa tentram dalam kehiduan rumah tangga. “kalau dulu saya mesti ikut berebut. Tapi karena sekarang sudah tua, hanya bisa melihat saja sudah cukup”. Pusaka Kyai Pradah merupakan peninggalan Pangeran Prabu dari Kerajaan Mataram Surakarta. Pangeran Prabu datang ke Lodoyo karena mendapat hukuman dari ayahnya Pakubuwana I. Saat Pangeran Prabu datang, Lodoyo merupakan hutan lebat yang masih wingit (angker). Sehingga untuk melindungi perjalanan tersebut, Pangeran Prabu membawa Pusaka kerajaan berupa gong atau bende yang hingga saat ini disebut sebagai Gong Kyai Pradah. Dalam pesannya, Kyai Prabu meminta agar gong tersebut selalu dimandikan atau dibersihkan setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Oleh sebab itu Pemkab Blitar selalu melakukan ritual ini untuk menjaga kelestarian budaya yang tak ternilai harganya.
Diambil dari : http://surabaya.detik.com/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar